Saturday, August 30, 2008

JAWABAN SOAL UJIAN E- BUSINESS 2008

HTML clipboardSoal Tipe A

Nomor. 1

a). Definisi E-Business diartikan secara sempit sebagai transaksi jual beli produk, jasa dan informasi antar mitra bisnis lewat jaringan computer, termasuk internet. Sedangkan E-Business mengacu pada lingkup yang lebih luas dan mencakup layanan pelanggan, kolaborasi dengan mitra bisnis, dan transaksi elektronik dalam sebuah organisasi.
Komponen E-Business
1). Electronic Data Interchange (EDI) didefinisikan sebagai pertukaran data komputer antar berbagai bidang organisasi atas sutau informasi terstrruktur dalam format yang standardan bisa diolah oleh komputer.
2). Digiatal Currency dimaksudkan untuk memungkinkan user memindahkan dananya secara elektronik dalam lingkungan kerja tertentu.
3). Electronic Catalogs (e-catalog) telah berada pada aplikasi komersil yang dirancang untuk internet dan merupakan komponen utama dari sistem e-commerce. E- Catalog merupakan antar muka grafis yang umumnya berbentuk halaman WWW dimana menyediakan informasi tentang penawaran produk dan jasa.
4). Intranet dan Extranet , umumnya intranet digambarkan hanya sebagai web server didalam perusahaan(internal), padahal sebenarnya intranet hanyalah kumpulan web site yang dimiliki oleh suatu kelompok (biasanya perusahaan) yang diakses hanya oleh anggota kelompok anggota tersebut. Sedangkan extranet merupakan area tertentu ari internet yang biasa diakses oleh kelompok diluar anggota kelompok internet, tapi dengan otorisasi tertentu.

b). Portal adalah Web site atau lain yang menyediakan poin inisial entri untuk Web data perusahaan internal. Yahoo! Adalah satu contoh. Ia menyediakann direktori informasi pada Internet bersamaa dengan berita, olah raga, cuaca, irektori telepon. Map, game, belanja, e-mail, dan layanan lainnya. Juga ada portal khusus untuk membantu pengguna mengenai minat tetertu. Misalnya, StarMedia adalah portal terkustomasi milik pengguna Internet dari Amrika Latin.
Portal bisa dipandang sebagai pintu gerbang/pintu elektronik kedalam sebuah perusahaan. Portal bisa meningkatkan produktifitas pekerja, karena dengan portal pekerja bisa mengakses infomasi penting dan berkolaborasi satu sama lain, dan bisa meningkatkan kinerja bisnis jika dirancang dan dipikirkan dengan matang. Dalam merancang sebuah portal yang perlu diperhatikan yaitu : Isi, Pengguna, Personalisasi, Dukungan kolaborasi, Kemudahaan penggunaan, Pembaruaan dan pengeditan, Pengelolaan dan administrasi, Keuntungan dan biaya yang dikeluarkan.

d). Multi-tiered Web Site Architecture
Multi-tier architecture: Web server is linked to a middle-tier layer that typically includes a series of application servers that perform specific tasks, as well as to a backend layer of existing corporate systems
Situs web Multi-tiered Architecture
Arsitektur multi-tingkat: Web server dihubungkan pada satu lapisan tingkat-pertengahan yang secara tipikal meliputi satu rangkaian server aplikasi yang melakukan tugas spesifik, demikian pula pada satu lapisan backend sistem korporat yang sudah ada.

Multi-tier E-commerce Architecture



Soal Tipe B

Nomor 2

Analisis Web site Craglist.org
a) Layanan yang ditawarkan adalah jaringan organisasi yang menawarkan berbagai jasa lewat internet.
b) Value proposition
c) Site generate revenue adalah mendapatkan penghasilan melalui trannsaksi lewat internet.
d) Apakah site tersebut partering dengan provider layanan atau produk komplementer? Sebutkan yang mana (partner dan produk)?. Dalam menyelenggarakan lewat internet dengan bekerja sama dengan berbagai dari beberapa negara.
Analisis Web site Epinions.com
a). Layanan yang ditawarkan adalah penjualan produk lewat internet
b). Value proposition
c). Site generate revenue adalah mendapat keuntungan penjualan lewat internet .
d). Apakah site tersebut partering dengan provider layanan atau produk komplementer? Sebutkan yang mana (partner dan produk)
adalah bekerja sama dengan penyediaan produk (suppliier dari berbagai produk
Menurut pendapat kami yang berbeda dari kedua site ini adalah
Craglist.org melakuakan bisnis bergerak bidang jasa . Epinions.com melakukan bisnis lewat internet bergerak bidang barang berupa fisik.

Nomor 3
a). Empat peran four intermediaries dalam business adalah
• Pintu gerbang - pusat (hub) Central untuk isi secara online
• Pembuat pasar – para perantara dimana mengumpulkan tiga layanan untuk peserta pasar
– Sebuah tempat untuk berdagang
– Atur untuk mengurus/memerintah perdagangan
– Satu infrastruktur untuk mendukung perdagangan
• Infomediary – menyediakan informasi khusus atas nama produsen [dari] barang-barang dan layanan serta pelanggan potensial mereka
• Penyedia layanan Aplikasi – menjual akses ke perangkat lunak Internet-based aplikasi kepada perusahaan lain
b). “Pada zaman internet maka peran intermediaries akan menghilang”.
Pendapat pro dan kontra pernyataan di atas menurut kami tidak akan menghilang karena :
• Para perantara – agen, perangkat lunak, atau bisnis yang membawa para pembeli dan penjual yang bersama-sama itu menyediakan satu infrastruktur perdagangan untuk meningkatkan e-business
• Reintermediation – menggunakan Internet untuk mengumpulkan kembali pembeli, penjual, dan mitra lain dalam satu rantai suplai tradisional di/dalam cara baru
• Penyedia Isi – perusahaan dimana menggunakan Internet untuk mendistribusikan isi copyrighted, mencakup berita, musik, games (pertandingan), buku, film/bioskop, dan banyak jenis lain [dari] informasi
• Perantara Secara online – para perantara antara para pembeli dan penjual [dari] barang-barang dan layanan

Nomor 4
a). Protokol adalah sejumlah atturan yang menentukan bagaimana dua buah komputer atau lebih saling berkumunikasi(seperti halnya jabat tangan antar dua orang untuk saling berkumunikasi).
b). Internet atau Interconection Network adalah jaringan antar komputer di seluruh dunia yang berkumunikasi antara satu dengan yang lain.
Internet adalah sumber informasi, media komunikasi dn media transaksi yang bisa berlaku secara global.
Awalnya dikembangkan oleh kalangan akademisi dan militer Amerika Serikat untuk kepentingan riset (science) dan intelejen pada tahun 1969.
Saat ini, internet sudah dipai oleh semua kalangan untuk berbagai keperluan dan hapir bisa diakses dimana saja.
c). Alamat Internet Protokol (IP) adalah empat angka unik yang mengindikasi lokasi unik komputer pada internet.
d). Domain adalah alamat induk situs di internet
e). Nama Domain adalah nama yang menunjukkan suatu titik koneksi unik pada internet.
f). Domain Name System adalah sisem hierarkis dari server yang menyimpan database untuk mengaktifkan konversi dari nama domain ke alamat IP-nya.
g). Webhosting adalah layananpemeliharaan komputer server Web atau serangkaian server dengan biaya tertentu. Perusahaan yang terdaftar sebagai pelanggan bisa membuat sendiri halaman Webnya atau memperolehnya dari layanan Web hosting
h).Database layer adalah
i). Aplication Layer adalah

Nomor 5
Youngme Moon dalam artikelnya “ Interactive Tecnologies and Relationship Marketing Stretegies “ mengupas 4 metode kustomisasi sebagai bagian dari marketing mix dalam lingkungan Internet yaitu Strategic Alliance; Personalization, Data mining and Colaborative Filtering serta Custumus Service.

Nomor 6

Perbedaan Antara B2B EC dan B2C EC

No. Karakterestik Platform B2C EC Platform B2B EC
1

Manajemen infomasi pembeli dilokasi pembeli untuk diintegrasikan dengan informasi korporat

- Informasi pembeli disimpan di server penjual.

- Mendukung tata buku terbatas.

- Biasanya mengguna

kan teknologi Web menggunakan thin client.

- Informasi pembeli harus disimpan di server pembeli untuk diitegrasikan dengan sistem informasi pembeli, seperti intranet, aliran kerja, dan ERP.

- Diperlukan tata buku yang lengkap.

- diperlukan teknologi Web dengan thieck client. Jawa dan external Helper Programs di PC klinen sangat diperlukan.
2

Comparison shopping dengan e-cart milik pembeli.

- Pelanggan harus mengunjungi banyak email.

-Setiap e-mail mewajibkan pelanggan untuk menggunakn shoping bag dan digital wallet yang sesuai.

- Software agent membantu proses pencarian.

- Setiap e-mail memiliki registrasi keaanggotaan

pelanggan.

- Arsitekur metamalls dibutuhkan pelanggan untuk mengurangi upaya mengunjungi banyak situs.

- Shopping bag dan digital wallet standar yang bisa bekerja secara independen dibutuhkan.

- Coparison shopping perlu diperlakukan sebagai dukungan keputusan kriteria berganda.

- Shared custumer membership diperlukan

Dalam rangka memungkinkan perbandingan berbagaie-mallsdengan regestrasi tunggal .

3

Pengiriman Just-In-Time.

- Ketersediaan tidak dipajang.

- waktu pengiriman tidak tepat waktu.

- Sistem pemesanan terpisah dari sistem sediaan

-Ketersediaan sediaan secara dinamis harus diinformasikan kepada pelanggan.

- Waktu pengiriman yang tepat harus secara dinamis dikonfirmasi kan pada saat pemesanan.

- Integrasi pesanan dengan sediaan, skedul produksi, dn sistem penjadwalan pengiriman merupakan faktor esensial.
4

Direktori berorentasi pembeli.

- Direktori berorentasi penjual lebih populer.

- Motivasi utama dari EC adalah promosi penjualan.

- Direktori berorientasi penjual dan berorientasi pembeli sama-sama dikembangkan.

- Bagi pembeli kelas kakap, direktori berorentasi pembeli harus ditawarkan.

- Motivasi tambahanya

Adalah merekayasa ulang proses akusisi.

-direktori perantara dibutuhkan untuk menkoordinasikan direktori berorientasi penjual pembeli.

5

Kontrak formal dengan proses tender.

- Pemesanan tanpa kontrak formal sudah cukup memadai untuk pemenuhan pesanan

- Protokol kontrak gratis.

- Versi elektronik dari tender dan lelang tradisonal diiplementasikan.

- Diperlukan kontrak formal dengan duokumen-dokumen elektronik yang mencakup pula persyaratan dan kondisi spesifik.

- Protokol kontrak yang syah harus dikonfirmasikan.

- Protokol kontrak yang lebih kreatif bisa dirancang.

6

Keputusan pembelian organisasional.

- Pembelian merupakan keputusan pembeli individual.

- Proses kepusan pembelian tidak membutuhkan koordinasi.

- Pembelian merupakan keputusan pembeli organisasional.

- Keputusan pembelian didasarkan pada kombinasi dari syinchronous group decision

7

Agent-based commerce.

- Individu terlibat secara interaktif dalam kepusan pembeliaan.

- Software Agent di situs tertentu mungkin tidak memahami norma agent mitra bisnisnya.

- Pembeli harus menjelajahi catalog produk penjual.

- Data mining penjual lebih popular.

- Software Agent s pembeli dan penjual membantu komunikasi untuk meminimisasi keterlibatan individu.

-Kesessuaian tipe kontrak yang saling disepati sangat diperlukan untuk membangun komunikasi yang harmonis di antara para agen.

- Agen penjual membantu proses konfigurasi berdasarkan spesifikasi kebutuhan pembeli.

- Data mining pembeli juga tak kalah pentingnya.

8 Pembayaran dalam jumlah besar secara aman

- Kartu kredit sangat popular, dimana biaya bagi penjual relative tinggi.

- Electronic chek dan Electronic Fund bakal poppuler. Biaya biasanya dibebankan pada pembeli. Faktor-faktor yang akan semakin menjadi perhatian adalah keamanan. Sertifikasi, dan non-rediation.

Wednesday, August 27, 2008

Marhaban ya Ramadhan, Wa- Ahlan

Sya’ban 1429 H /Agutus 2008 H

Marhaban ya Ramadhan, Wa- Ahlan

Assalamu’alaikum Wr Wb.

Menyongsong bulan Ramadhan 1429 H kami sekeluarga mohon maaf lahir batin agar dapat memasuki dan melaksanakan amalan bulan suci dengan hati yang bersih sebagaimana firman Allah :

Qod aflaha man zkkaahaa. Waqod khaaba man dessaahaa
“Sesungguhnya beruntunglah orang yang suka mensucikan dan memelihara jiwanya. Dan sesungguhnya celakalah orang-orang yang melalaikan dan mengotorkan jiwanya.”
Asy Syamsu : 9-10

Dan kami percaya Anda berkenan dengan ikhlas memberi memaafkan, karena kami meyakini, anda dan keluarga termasuk golongan yang tersebut daalam suci Al Qur’an seperti yang difirmankan Allah :

Wala kinnallooha habbaba ilaikunul iimaana wazayyananahuu quluu bikum ; wakarraha ilakunul kufra wal fusuqo wa ishyaana.
” Sebenarnyalah Allah menjadikanmu mencitai keimanan dan telah menghiasjan keimanan tersebut dalam hatimu; dan Allah telah menjadikanmu tidak mecukai kepada sifat kekufuran, kefasikan dan kedurhakaan.”
Al hujurat : 7

Sabda Nabi Muhammad SAW :
”Ramadhan bulan yang diberkati ; Allah Swt memerintahkan kita sekalian berpuasa didalamnya”.
(H.R. : Ahmad, An-Nasay dan Al Baihaqy dari Abu Hurairah)

Oleh karena itu marilah dengan ridha Allah kita saling maaf-memaafkan; semoga Alloh Swt memberikan ampunan, petunjuk dan ridha-Nya kita semua. Amin.

Wassalamu’alikum Wr. Wb.

t.t.d


Sutikno dan keluarga

Mengamankan Gagasan

SHOW stealer adalah sebuah istilah Inggris untuk menyebut orang yang doyan mencuri gagasan orang lain dan menaruh stempel namanya sendiri di atas gagasan itu.
Baru-baru ini sebuah yayasan bekerja sama dengan yayasan lain. Gaga-san dasar dan kerja lapangannya dilakukan oleh yayasan yang pertama. Tetapi ketika proyek itu diresmikan, ketua yayasan yang kedua lebih banyak berbicara dengan para wartawan. AIhasil, pemberitaan pers me¬nyebut seolah-olah yayasan yang kedua itulah yang punya peranan besar.
Kejadian semacam itu memang sulit dielakkan. Orang terkenal menjadi tambah terkenal karena dialah yang selalu membuat berita. Bob Hope masih bisa terus membanyol. Juga George Burns. Mereka terus tenar. Tetapi masyarakat tidak tahu siapa sebenamya yang menuliskan banyolan-banyolan yang dipanggungkan mereka.
Dalam show business hal seperti itu memang wajar dan selalu akan terjadi. Tetapi bagaimana halnya kalau terjadi dalam organisasi? Apalagi kalau hal itu menimpa Anda. Dalam sebuah pertemuan empat mata dengan Bos, Anda menyarankan agar para distributor diusahakan kredit modal kerja dari bank atas jaminan perusahaan. Dengan demikian, distributor itu akan merasa committed dan akan lebih giat menjualkan produk perusahaan "Gagasan yang bagus," kata Bos sambil manggut-manggut.
Sebulan kemudian Anda dipanggil Bos dan mendapat instruksi untuk melaksanakan proses pemberian kredit modal kerja itu. "Direktur Utama menyetujuinya," kata Bos datar. Anda melaksanakannya dengan gairah karena temyata gagasan Anda disambut oleh Direktur Utama.
Tiga bulan kemudian, dalam pesta ulang tahun perusahaan, Anda terkejut. Dalam pidatonya, Direktur Utama menyebut gagasan cemerlang Bos yang dinilainya sebagai usaha motivasi distributor paling berhasil.
Hidung Bos kembang kempis karena pujian. Ia duduk di deretan paling depan dengan minuman dan kue-kue di meja. Anda, pemilik gagasan cemerlang yang sedang dipuji itu, terbenam dalam kerumunan karyawan lainnya, menggenggam sebotol minuman dan sekantung plastik berisi lemper dan pukis.
Anda marah. Anda kesal. Anda kecewa. T etapi kepada siapa? Kalau Anda tidak ingin marah, kesal, atau kecewa lagi, maka Anda perlu melaku¬kan sesuatu untuk mengamankan gagasan cemerlang Anda dari kemung¬kinan dicuri orang. Bukan atasan saja yang bisa mencuri gagasan, tetapi bisa juga rekan sekerja atau bahkan bawahan Anda.
Gagasan memang bukan komoditi murah. Gagasan yang inovatif me-rupakan sesuatu yang mahal. Tirto Utomo menemukan gagasan mendiri¬kan pabrik air minum mineral dalam botol Aqua karena orang-orang asing yang dulu sering dibawanya banyak yang jatuh sakit perut gara-gara minum air yang kurang bersih. Ia menyimpan gagasan itu sampai ia mempunyai kesempatan untuk melaksanakannya. Ceritanya tentu akan lain kalau Tirto sudah menceritakan gagasannya itu kepada orang lain yang mungkin akan mendahuluinya.
Kalau tiba-tiba Anda mempunyai gagasan yang baile, catatlah segera dalam buku harian agar Anda tidak akan melupakannya. Pikirkan lagi gagasan itu baik-baik sebelum disampaikan kepada orang lain. Cobalah menuangkannya dalam struktur dan sistematika yang baik. Cara yang terbaik adalah melakukan hal itu di atas kertas, sehingga Anda lebih mudah melihat lubang-Iubang yang lupa diperhitungkan.
Ajukan gagasan pada kesempatan yang baik, misalnya rapat mingguan.
Dengan demikian, ada banyak saksi melihat bahwa Andalah pencetus gagasan itu. Bila terpaksa mengajukan gagasan secara empat mata, pasti¬kanlah untuk segera menuangkannya dalam bentuk memo atau dokumen tertulis lainnya. Kalau relevan, kirim tembusan kepada orang ketiga.
Bagaimana bila Anda menghadapi seorang atasan yang suka mencuri gagasan? Beri dia pelajaran. Ajukan gagasan yang secara sepintas tampak menarik, tetapi jangan lengkapi dengan data, hasil riset, atau kunci strategis lainnya. Kalau perlu jebaklah dengan data yang keliru. Atasan yang suka mencuri gagasan bawahannya adalah seorang yang tidak krea¬tif. Karena itu, ia akhimya akan terjebak dengan gagasan Anda, dan pada saat itu Anda dapat tampil sebagai juru selamat karena Andalah pemegang kunci strategis pelaksanaan gagasan itu.

( Sumber : BONDAN WINARNO dalam bukunya ” Seratus Kiat Jurus Bisnis ” )

Intrapreneur

GINO adaIah seorang pemuda yang baik dan disenangi orang. Sayang, IQ-nya tidak terIalu tinggi, sehingga selalu sulit mencari pekerjaan formal. Para pedagang di alun-alun lalu bersepakat untuk memberi Gino pekerjaan yang sesuai dengan tingkat kecerdasannya. Sekadar amal, un¬tuk saling berbuat baik bagi sesama.
Mereka lalu mengumpulkan uang dan membeli sebuah gerobak peng-angkut sampah untuk Gino. Tiap hari Gino memungut sampah dan mengangkutnya dengan gerobak itu ke tempat pembuangan. Untuk itu ia mendapat pula sekadar upah. Pekerjaan itu dilakukan Gino dengan baik. Tetapi, enam bulan kemudian, Gino tiba-tiba minta berhenti. Bukan karena ia ingin pekerjaan yang lebih "priyayi". "Saya menabung uang dan kini saya sudah membeli gerobak sendiri. Saya akan memulai usaha sendiri di bidang pembuangan sampah," katanya.
Dengan IQ yang rendah, Gino ternyata seorang wirausaha tulen. Kewirausahaan memang kegiatan yang kini tengah giat digalakkan seba¬gai altematif terhadap tekanan masalah ketenagakerjaan. Tetapi, nya¬tanya, semangat kewirausahaan juga merupakan ancaman terhadap em¬ployment. Begitu banyak perusahaan kehilangan pegawai terbaiknya yang memutuskan untuk berhenti bekerja dan memulai bisnis sendiri. Para entrepreneur sejati memang sulit hidup terkungkung dalam suatu perusaha¬an besar dengan struktur dan prosedur yang kaku.
Lalu, apa resepnya agar perusahaan tak perIu kehilangan pegawai?
Padahal, memadamkan semangat kewirausahaan justru akan memandul¬kan perusahaan. Semangat kewirausahaan para karyawan dalam per¬usahaan merupakan asset yang sama pentingnya dengan kemampuan teknologi, keterampilan memasarkan, dan keahlian manajemen.
Resepnya temyata sudah ditemukan. Tahun lalu majalah Time sudah menyebut-nyebut istilah intrapreneurship. Apakah intrapreneuring itu? Gifford Pinchot III, penemu gagasan ini, dalam bukunya yang berjudul lfttrapreneuringmenulis bahwa istilah itu sebetulnya merupakan kependek¬an dari intra-corporate entrepreneur. Mereka adalah orang-orang yang bekerja di dalam suatu perusahaan, tetapimelakukan sesuatu untuk perusahaan¬nya dengan risiko yang sarna seperti layaknya kaum wirausaha. Mereka mengambil risiko pribadi untuk mewujudkan cita-citanya dan gagasan bisnisnya dalam perusahaan temp at ia berstatus sebagai karyawan.
lntrapreneurship temyata merupakan jawaban yang cocok terhadap masalah bisnis tahun 1980-an. Perusahaan-perusahaan menjadi semakin besar dan komunikasi pun menjadi semakin berlapis-lapis. Sering kali sebuah gagasan baik tidak berhasil sampai ke telinga direksi karena struktur dan prosedur tersebut. Pencetus gagasan, yang tentunya menganggap bahwa gagasannya adalah yang terbaik, tentulah akan menjadi kecewa. Kekecewaan itu lalu disampaikannya kepada orang lain. Dan orang lain itu kemudian akan "menjual" gagasan itu kepada seorang pemodal. Maka, skenario berikutnya dapat kita duga. Orang itu "dibajak" untuk pindah dan mewujudkan gagasannya. Perusahaan yang "kena bajak" tidak saja kehilangan salah satu sumber dayanya yang terbaik, tetapi sekaligus juga kehilangan peluang untuk menghasilkan.
lntrapreneuring adalah sebuah sistem yang revolusioner untuk mengga¬lakkan pembaruan (inovasi) di dalam tubuh perusahaan. Persaingan yang semakin sengit pada masa kini hanya memberi dua kemungkinan bagi setiap usaha: melakukan inovasi, atau mati. Majalah The Economist yang terbit di London pada 1976 pemah juga mengajukan gagasan agar sebuah perusahaan menjadi semacam konfederasi dari para wirausaha. Tetapi, masalahnya, apakah sistem itu bisa berjalan. Mengapa seorang harus menjadi intrapreneur kalau sebetulnya ia juga bisa menjadi entrepreneur?
Awal persoalannya mungkin terletak pada modal. Menjadi seorang wirausaha menuntut modal untuk mewujudkan gagasan. Dan modal bukan merupakan sesuatu yang mudah didapat. Seorang intra-corporate entrepreneur adalah seorang karyawan yang diberi kebebasan, peluang, dan insentif untuk menciptakan dan memasarkan produk/jasa yang digagas¬nya. Perusahaan menyediakan modal dan sarana, kemudian keuntungan¬nya dibagi dua: untuk pencetus gagasan dan untuk perusahaan sebagai pemodaL
Dengan cetak biru semacam itu seorang entrepreneur tidak perlu keluar dari pekerjaannya ketika ia merasa mempunyai gagasan yang bisa diwu¬judkan untuk mencapai keuntungan. Ia tidak perlu repot-repot mencari modaL Ia juga tidak perlu repot-repot membangun citra perusahaan karena ia sudah memperoleh "sawah" dari nama besar perusahaan yang menggajinya.
Sebagaimana layaknya para entrepreneur, para intrapreneur pun selalu penuh dengan gagasan besar yang bila digabungkan dengan kekuatan sumber daya yang dimiliki oleh sebuah perusahaan akan merupakan kekuatan pencipta produk dan jasa baru yang akan memperkaya kehidup¬an manusia.

( Sumber : BONDAN WINARNO dalam bukunya “ Setatus Kiat Jurus Bisnis “

anak pejabat

ANAK pejabat itu berkata, "Saya seorang entrepreneur. "
Suaranya sopan: suara yang telah terbiasa dengan pergaulan yang rapi. Di balik T-shirt Polo Ralph Lauren warna merah terang, kulitnya bersih. Ada cambang tipis di pipinya yang lunak. Umurnya, saya taksir, belum lagi 30 tahun. Dia mengesankan sebagai pemuda yang baik, tapi saya tiba-tiba skeptis: Sudah pernahkah ia, dalam hidupnya, menerobos sesuatu? Memulai satu langkah usaha di jalanan panas, dengan kaki tanpa sepatu "K" yang kini dikenakannya dengan necis?
Tentu saja, sikap saya adalah sikap kuno yang datang dari pengalaman lain. Saya telah terlalu percaya kepada sejumlah pepatah (misalnya, "bersakit-sakit dahulu .... "), terlalu percaya kepada dongeng Horatio Alger, terlalu terkesima kepada kisah Pandawa yang 13 tahun hidup bermukim di hutan.
Saya ingat sejumlah ternan segenerasi yang datang dari udik yang tak keruan. Ada yang jadi mandor di pelabuhan dan dari sana memulai bisnis lalu akhirnya kini jadi eksportir besar. Ada yang membuka hidupnya dengan menjadi penyabit rumput, atau pembantu tukang sate, atau pembantu toko kembang ¬dan dari sana naik jadi kisah-kisah sukses yang mengesankan.
Saya selalu merasa, merekalah juara hidup yang sebenarnya.
Mereka biasa naik kendaraan umum yang seperti kandang ayam.
Mereka biasa makan bersama tukang becak, dengan menu sayur tempe yang cair & peyek ikan teri yang telah tiga hari selalu digoreng kembali. Mereka bisa menyelinap ke pasar loak - dan menjual kumpulan buku dan baju bekas, buat membayar bon makan mereka. Mereka tak punya tempat merengek. Mereka malu untuk kembali mengetuk pintu rumah. Si bapak tak punya "koneksi". Tak ada perlakuan istimewa untuk dapat jabatan ataupun hak monopoli.
Tapi (menurut sebuah pikiran saya yang tak orisinal) merekalah benih penting bagi masa seguyah kini: benih para jagoan Schumpeterian. Benih para entreprenuer yang sebenar¬nya - sebuah kata yang telah diterjemahkan menjadi "wiras¬wasta", yang artinya berani bekerja dengan tangan dan kaki sendiri, meskipun tak selalu dengan uang tabungan sendiri.
Pikiran saya memang sedikit kuno dan klise, bukan? Ia berasal dari setengah abad yang lalu, ketika Joseph Schumpeter menuliskan teori perkembangan ekonomi dan siklus bisnisnya tanpa bermaksud menyindir anak pejabat yang mana pun. Dia sendiri bukan tipe wiraswasta. Orang kelahiran Moravia ini juga anak pejabat: bapak tirinya seorang perwira tinggi Austro-Hungaria. Hampir seluruh hidupnya beredar di kalang¬an akademis.
Tapi Schumpeter tahu tentang riwayat kehidupan ekonomi yang tak pernah mulus. Baginya, perkembangan ekonomi tidaklah seperti yang dita.mpilkan kaum neo-klasik, yang membayangkan suatu proses yang bertahap serta harmonis. Tiba-tiba saja sebuah perekonomian yang ditopang oJeh industri baja atau minyak bisa terguncang ekuilibriumnya, rontok, karena sejumlah pen emu an baru terjadi, yang me¬nyebabkan produk dan teknologi yang semula ada menjadi kolot. Suatu keadaan lesu pun berlangsung, hingga suatu penemuan baru nanti membantu membereskan puing-puing kerontokan industri yang sudah senjakala itu.
50 tahun setelah Schumpeter bicara, dan di sana-sini dikritik, lalu agak dilupakan, penemuan-penemuan baru terjadi dengan deras. Perubahan berlangsung cepat, makin cepat. "Di Laman sekarang orang bisa tersohor cuma selama 5 menit," kata mendiang Pelukis Andy Warhol, dan rasa-rasanya begitu pula setiap ekuilibrium. Masyarakat pun akhirnya memang harus punya sejumlah orang yang be rani tampil menghadapi perubah¬an yang membawa ketidakpastian itu.
Merekalah para entrepreneur. Mereka be rani ambil rislko.
Mereka bukan manajer. mereka bukan pernilik kekuasaan. mereka bukan pernilik uang. Bahkan rumus bisnis yang akhirnya berlaku adalah BO+ DOL: Berani Optimistis plus Duit Orang Lain. Dalam visi Schumpeterian, suatu sistem perbankan yang menyediakan kredit merupakan eJemen penting bagi kehidupan para wiraswasta yang seJalu menggun¬"ang maju perekonomian itu.
Tapi Schumpeter pagi-pagi bilang "hati-hati". Kapitalisme .lkan macet, dan demikian pula gerak perkembangan ekonomi. pada saat entrepreneur kehilangan perannya. Misalnya kctika wnsentrasi bisnis jadi begitu besar dan sang pemilik modal tak lagi hadir dan mempertaruhkan nasibnya. Di dalam bisnis yang seperti itu - yang kini sudah mulai tampak di Indonesia - yang berperan akhirnya para manajer, penerima gaji dan bonus, yang sering kali bisa meloncat ke perusahaan lain bila angin sedang berubah. "Akhirnya", kata Schumpeter, "tak seorang pun yang tinggal yang benar-benar peduli untuk mem¬bela .... "
Tak seorang pun? Kini saya tatap sekali lagi anak pejabat di depan saya itu, tapi ternyata dia segera pergi. Langkahnya kukuh. Tiba-tiba saya berharap dia memang seperti yang dikatakannya: seorang entrepreneur, bukan balon warna-warm.

( Sumber : GUNAWAN MUHAMAD dalam bukunya “ Catatan Pinggir 3 “

Kerja itu Siksa?

ADAsebuah tulisan lucu pada kaus kutung: I am allergic to work. Kerja, nyatanya, memang membuat banyak orang alergi. Jalam bahasa Prancis, kerja adalah travail yang diderivasikan dari bahasa Latin trepalium. Trepalium itu sendiri temyata adalah alat yang terdiri atas tiga lapis dan dipakai untuk menyiksa seseorang. Jadi, kerja itu adalah siksaan tersendiri.
Para workaholics pun, yang obsesinya adalah kerja-kerja-kerja, engakui bahwa bekerja bukanlah sesuatu yang ringan dan sepele. Beratnya kerja bukan saja karena seseorang harus mengeluarkan tenaga untuk melakukannya. Orang-orang yang bekerja dengan otaknya bahkan sering berkata bahwa kerja otak lebih berat. Berpikir dalah kerja keras. Membuat keputusan adalah kerja keras. Bahkan berpikir tentang kerja itu sendiri pun sudah berat.
Berpikir atau kerja otak diperlukan untuk memecahkan sebuah dilema. Karena itulah pekerjaan ini berat. Kalau tak ada dilema, kita tentu tak memerlukan kerja otak ini. Adakah yang tak dapat :ikatakan sebagai dilema dalam iklim bisnis? Hampir tak ada, bukan? menentukan tempat makan siang saja sering kali harus diputuskan ; setelah tujuh keliling.
Ambillah organisasi sebagai sebuah contoh. Sebuah organisasi, menurut teori, harus memenuhi empat kriteria: sederhana, lengkap¬ terpadu, pragmatis, dan mempunyai komunikabilitas. Sebuah organigasi disebut sederhana bila tak terjadi tumpang tindih ¬apalagI redundancy - dalam sistemnya. Sebuah organisasi dikatakan lengkap clan terpadu bila semua pekerjaan yang harus diselenggara¬kan dapat diselesaikan.
Tetapi, semakin lengkap organisasi itu, semakin kompleks juga jadinya. Derajat kelengkapan, karenanya, berbanding laros dengan derajat kompleksitasnya. bila ingin organisasi yang sederhana, kita menghadapi kemungkinan konflik yang lebih kecil, dan besar pula kemungkinan akan banyaknya pekerjaan yang tak terselesaikan.
Nah, sebuah dilema di depan mata. Kriterianya benar, tetapi di dalamnya temyata ada "jebakan". Dilema lain yang sering ditemu¬kan dalam organisasi adalah tentang delegasi. Bagaimana, sih melakukan delegasi itu? Apakah sebaiknya delegasi dilakukan menur, m uti jenis produk, atau mengikuti fungsi? Ini adalah pertanyaan yang sudah bertahun-tahun dihadapi para manajer.,
Dalam buku Zen and Creative Management, Albert Low menulis: memang sulit membuat struktur organisasi yang memungkinkan semua karyawan, khususnya para spesialis, dapat melakukan pekerjaan dengan efisiensi dan produktivitas maksimum. T anda tanya terbesar, menurut Low, adalah bagaimana membuat orang¬orang itu cocok dalam "kotak"-nya.
Lalu, apakah para spesialis yang mempunyai fungsi-fungsi tertentu harus dikelompokkan di bawah satu bos yang tertentu pula? Tanpa meninjau jenis atau kekhususan produk yang ditanganinya? Atau, sebaliknya? Apakah para spesialis dengan fungsi berlainan dikelom¬pokkan menjadi satu dalam produk spesifik yang ditanganinya?
Mereka yang menganut organization by function tentu akan bersikeras mempertahankan pengelompokan karyawan berdasarkan fungsinya. Penganut paham ini berargumentasi bahwa organization by function akan memberi kemungkinan yang lebih besar untuk produksi massa dan mudah diatur dalam rangka efisiensi. Sistem ini juga memberi kemungkinan penyerapan yang lebih cepat dari teknologi baru karena pengelompokan spesialisasi dan divisi kerja dapat dilakukan dengan mudah.
Sebaliknya, penganut organization by product berpendapat bahwa sistem inilah yang dapat memberikan koordinasi maksimum. Dengan sistem ini para karyawan dalam kelompok itu lebih dapat memusatkan perhatian pada suatu produk tertentu secara holistik.
Temyata, dilema tentang pengorganisasian atas dasar fungsi dan produk itu juga membawa dilema yang lebih mendasar. Yaitu bahwa spesialisasi berbeda dengan integrasi. Spesialisasi justru. cenderung harus dilakukan dengan terlebih dulu melakukan diferensiasi ¬pemilah-milahan berdasarkan spesialisasi.
Sedangkan integrasi, sebaliknya, melakukan penyederhanaan terhadap pekerjaan yang dilakukan. Diferensiasi pada dasarnya mengakibatkan konflik. Sedangkan integrasi melahirkan teamwork. Sayangnya, teamwork sering kali membuahkan hasil yang kurang disukai, yaitu: complacency - rasa puas karena menyangka pekerjaan
telah diselesaikan dengan baik.
Demikianlah, telah terbukti begitu banyak dilema yang dihadapi dalam konteks bisnis. Pilihan atas suatu dilema bukan merupakan akhir, karena ia membuka dilema-dilema baru yang harus dipecah¬kan. Dan karena itu kita dituntut untuk terus berpikir. Dan karena berpikir adalah kerja berat yang melelahkan, siapkan diri baik-baik untuk menghadapinya.
uiet life is just not for businessmen.

( Sumber : BONDAN WINARNO dalam bukunya “ Seratus Kiat Jurus Bisnis “

Katakanlah tentang Produktivitas

PENDIDlKAN memang makin menjadi kelaparan umum. Bukan karena demam, tetapi karena betul-betul dirasakan kebutuhannya. Seorang tentara, misalnya, harus selalu mengikuti proses pendidikan dan pelatihan hampir pada tiap kenaikan pangkat. Demikian pula halnya di bidang manajemen. Orang perlu mengikuti proses itu pada tiap jenjang yang dinaikinya.
Terlebih lagi karena dalam "ilmu" manajemen ini sedang terjadi daur evolusi yang bergerak dati manajemen scientific (Taylor), lalu ditumbuhkan perhatian manajemen terhadap karyawan (Hawthor¬ne), ditambah lagi dengan pemerhatian terhadap kebutuhan karyawan (Maslow), kemudian menjadi konsep job satisfaction (Herzberg). Kini konsep itu berubah lagi. Semua orang sekarang berbicara tentang produktivitas ..
Maka, katakanlah padaku tentang produktivitas, jetit seorang manajer. Dan setiap orang pun lalu menggambarkan sosok-sosok yang berlainan untuk satu hewan yang sama. Semen tara kita sadar bahwa kebutuhan manajemen telah berubah, tetapi kita belum cepat melakukan perubahan pada kutikukum pendidikan dan pelatihan manajemen. Padahal, seharusnya setiap pelatihan manajemen mencerminkan kebutuhan. Ketika kita semua sedang menuju peningkatan produktivitas, jangan-jangan jenis pelatihan yang kita lakukan hanya mempersiapkan manajer-manajer kita untuk meme¬cahkan persoalan masa lalu.
Produktivitas tentu saja harus dimulai dati tingkat manajer. Artinya, para manajer justru yang harus lebih dahulu mendapatkan pelatihan tentang produktivitas. Di beberapa negara yang telah menerapkan konsep ini, bahkan telah terbentuk komisi produktivitas pada tiap perusahaan.
Kenyataannya, pada saat ini jenis pelatihan untuk para mana justru lebih banyak menjurus kepada hal-hal yang sifatnya lun; seperti: komunikasi, teknik penyajian, interpersonal skills. Jarang sek kita melihat kurikulum pelatihan untuk manajer yang sifatnya leb keras, seperti: peningkatan metode, kendali produktivitas, alok: dan penjadwalan bahan baku, penjadwalan kerja, dan
penyederhanaan kerja.
Ada juga pelatihan yang sebenamya sudah memasukkan hal-hal keras tersebut dalam kurikulanya, tetapi tidak benar-benar mendapat pendalaman, atau bahkan hanya dijelaskan secara sekilas saja. Ini berarti bahwa setelah pelatihan, para manajer tidak memperoleh hal baru yang dapat langsung dapat diterapkannya ke dalam situasi kerja
Tidaklah berarti bahwa para manajer tidak memerlukan ketarampilan lunak, seperti komunikasi dan interpersonal skills. itu. Tetafpi hal-hal itu hanyalah proses pendukung ke arah sumbu utarr upaya-upaya teknis untuk mencapai perbaikan mutu dan penghematan biaya.
Evolusi pendidikan dan pelatihan manajemen tampaknya selalu ketinggalan selangkah dibanding kenyataan yang justru sedan berlaku dan berubah dalam pengelolaan itu sendiri. Segi-segi tekni yang pada beberapa dekade yang lalu justru memperoleh penekana dalam pelatihan, kini telah mulai tergeser dengan segi-segi nontd nis. Dan: ketika hal-hal teknis itu diperlukan dalam situasi kerj, kurikulum belum lagi siap menjawabnya.Jangan-jangan bahkan pad saat ini kita sudah akan mengalami kesulitan untuk menemukal tenaga-tenaga pendidik dan pelatih di bidang ini. Ini tentu tidal akan terlalu mengherankan karena kita memang sudah agak lam. membengkalaikan segi teknis ini.
Satu "kesalahan" lain yang juga sering terjadi dalam pelatihal adalah bahwa lebih banyak hal yang bersifat umum, kuranl memperhatikan kebutuhan-kebutuhan spesifik pada suatu situas kerja tertentu. Banyak juga orang berkecenderungan menjejal kurikulum suatu pelatihan dengan
begitu banyak ihwaI, tetap masing-masing hanya sempat dibicarakan secara dangkal.
Tidak pula sepenuhnya benar bahwa kurikulum yang sarat dar dalam tentang hal-hal teknis peningkatan produktivitas adalah yang dibutuhkan oleh para manajer. Para manajer adalah orang-orang yang terbiasa bekerja dengan sistem. Karenanya, setiap upaya peningkatan produktivitas dan penghematan biaya haruslah dide¬kati secara sistem.
Lalu? Akan banyak yang mungkin memilih jalan pintas. Cari saja konsultan yang dapat memberikan bimbingan tentang pelaksanaan peningkatan produktiVitas. lni memang telah banyak dilakukan. Tetapi, dari begitu banyak pengalaman ten tang konsultan produkti¬vitas, ada satu hal yang perlu dipertimbangkan: hal itu hanya membuat para manajer Anda tidak lagi mengelola. Mereka hanya menumpukan pada sang konsultan.

( Sumber : BONDAN WINARNO dalam bukunya ” Serartus Kiat Jurus Bisnis ” )