Wednesday, August 27, 2008

Asal Bunyi

DI salah satu tempat kerja saya dulu, ada satu proses perencanaan yang kami beri nama: asbun, alias asal bunyi. Proses ini sebenamya punya nama yang lebih mentereng: brainstor­ming, atau curah pendapat. Pada tahap ini orang boleh mencurahkan apa saja yang ada dalam benaknya. Gagasan yang paling aneh pun bermunculan tanpa malu-malu. Karena itulah, secara bergurau, proses ini kami namai asbun, sekalipun kami tahu juga bahwa nama itu bisa mempunyai konotasi negatif. Penamaan kocak itu sengaja diberikan untuk membuang kesan formal dan kaku dari istilah brainstorming.

Apa, sih, perlunya proses brainstorming? Mengapa kita harus membuang-buang waktu untuk mempercakapkan hal-hal yang tak masuk akal? Dan, sungguhkah proses ini benar-benar asal bunyi ­suatu kegiatan yang tidak menuntut olah pikir?

BaikIah, Anda seorang penggemar teka-teki silang. Sudah sejam Anda berkutat menyelesaikan satu teka-teki silang dengan derajat kerumitan berbintang empat. Tinggal satu soal lagi: siapa nama seorang pelukis dari zaman Renaissance? Beberapa nama sudah Anda coba masukkan ke dalam sepuluh kotak yang tersedia. Tetap salah. Anda pergi ke rak buku dan tak menemukan satu pun buku yang bisa memberikan referensi ten tang pelukis Renaissance. Frustrasi. Anda lalu pergi ke rentang jendela dan memandang ke luar. Tiba-tiba ... seperti melihat bola lampu pijar yang tiba-tiba menyala dalam benak Anda, nama itu pun Anda temukan: Botticelli.

Siapa yang menyediakan nama itu dalam benak Anda? Bukan jendela itu. Bukan pula pemandangan di luar jendela itu. Nama itu dikirimkan oleh otak kanan Anda.

Organ intelek kita - menurut Para ahli - sebenamya merupakan dua belahan: kiri dan kanan. Struktur kedua belahan itu persis sarna. Begitu pula kegunaannya: untuk berpikir. Tetapi, kedua belahan itu mempunyai cara dan bakat yang berlainan dalam melakukan proses berpikir itu.

Para ahli berpendapat bahwa belahan otak kiri menghasilkan kemampuan verbal manusia. Seperti komputer, belahan otak kiri ini mengumpulkan informasL membuat sistematisasinya, dan juga mengolah pikiran menjadi bahasa verbal.

Sebaliknya, belahan otak kanan tidak mempunyai kemampuan verbal. Belahan otak kanan ini mempunyai kemampuan lebih dalam hal intuisi (kemampuan untuk mengetahui insight tanpa penalaran sadar), musik, puisi seni, dan bentuk keindahan lainnya. Para ahli juga menemukan keunggulan belahan otak kanan ini dalam melakukan persepsi holistik, atau gestalt.

Singkatnya, belahan otak kiri bertugas mengurai dan merakit kembali konsep-konsep dalam penalaran logis, sedangkan belahan otak kanan menangkap suatu situasi secara holistik, yaitu tanpa menguraikannya menjadi serpih-serpih gagasan.

Dengan kata lain, belahan otak kanan memberi orang kemampuan untuk melihat kategori, sehingga orang melihat sekelompok atau sejumlah unsur, bukan unsur-unsur yang berdiri sendiri. Misalnya, ketika melihat sebuah gambar kebun binatang, orang langsung berpikir dalam konsep sebuah kebun binatang. Bukan tentang binatang-binatang dan sebuah taman yang terawat rapi secara terpisah.

Sekalipun tampaknya kedua belahan itu bekerja berdasarkan kemampuannya masing-masing, keduanya bekerja secara bersama.

Kalau tidak begitu, tentulah manusia tak bisa berpikir secara oheren. Belahan otak kanan menyalurkan gagasannya kepada elahan otak kiri untuk diverbalkan.

Lalu, apa sebenamya penyebab kilas yang tiba-tiba muncul dalam benak kita itu? Menurut para ahli, ini memang sebuah fenomena yang menyimpang dari pola relay gagasan dari otak kanan ke otak kiri ,kejadian yang menyimpang dari sistem logis itu terjadi karena yang muncul itu bukanlah gagasan yang di-encode ke bahasa verbal. Seolah-olah ia merupakan letupan intuitif dari belahan otak kanan tanpa sensur belahan otak kiri.Emosi-emosi yang kuat, seperti kegembiraan, kenikmatan, kepuas­an, merupakan situasi-situasi yang memberi belahan otak kanan cukup umpan untuk menghasilkan kilas pikiran yang meletup dan menembus tirani otak kiri.

Kilas seperti itu juga dapat muncul ketika seseorang bermimpi, bersantai, dan tidak melakukan kegiatan penalaran yang mengaktif­kan otak kiri. Karena itu, bila kebuntuan menghambat pikiran Anda, cara yang terbaik adalah justru meninggalkan jalan buntu itu. Berjalan-jalan sebentar, mendengar musik lembut, melamun sambil memandang ke luar jendela, semuanya memberi kesempatan bagi belahan otak kanan mengisi celah yang tak dapat diisi oleh komputer otak kiri

Tak perIu gusar bila pikiran Anda tiba-tiba buntu. BiarIah pikiran Anda mengembara dan tunggulah sampai kilas itu tiba-tiba meletup. Atau, ajaklah orang lain melakukan curah pendapat. BiarIah letupan pikiran otak kanan ternan-ternan Anda memperkaya siasat mencapai sasaran yang akan dicapai.

( Sumber : BONDAN WINARNO dalam bukunya ” Seratus Kiat Jurus Bisnis”

No comments: