Wednesday, August 27, 2008

Mengamankan Gagasan

SHOW stealer adalah sebuah istilah Inggris untuk menyebut orang yang doyan mencuri gagasan orang lain dan menaruh stempel namanya sendiri di atas gagasan itu.
Baru-baru ini sebuah yayasan bekerja sama dengan yayasan lain. Gaga-san dasar dan kerja lapangannya dilakukan oleh yayasan yang pertama. Tetapi ketika proyek itu diresmikan, ketua yayasan yang kedua lebih banyak berbicara dengan para wartawan. AIhasil, pemberitaan pers me¬nyebut seolah-olah yayasan yang kedua itulah yang punya peranan besar.
Kejadian semacam itu memang sulit dielakkan. Orang terkenal menjadi tambah terkenal karena dialah yang selalu membuat berita. Bob Hope masih bisa terus membanyol. Juga George Burns. Mereka terus tenar. Tetapi masyarakat tidak tahu siapa sebenamya yang menuliskan banyolan-banyolan yang dipanggungkan mereka.
Dalam show business hal seperti itu memang wajar dan selalu akan terjadi. Tetapi bagaimana halnya kalau terjadi dalam organisasi? Apalagi kalau hal itu menimpa Anda. Dalam sebuah pertemuan empat mata dengan Bos, Anda menyarankan agar para distributor diusahakan kredit modal kerja dari bank atas jaminan perusahaan. Dengan demikian, distributor itu akan merasa committed dan akan lebih giat menjualkan produk perusahaan "Gagasan yang bagus," kata Bos sambil manggut-manggut.
Sebulan kemudian Anda dipanggil Bos dan mendapat instruksi untuk melaksanakan proses pemberian kredit modal kerja itu. "Direktur Utama menyetujuinya," kata Bos datar. Anda melaksanakannya dengan gairah karena temyata gagasan Anda disambut oleh Direktur Utama.
Tiga bulan kemudian, dalam pesta ulang tahun perusahaan, Anda terkejut. Dalam pidatonya, Direktur Utama menyebut gagasan cemerlang Bos yang dinilainya sebagai usaha motivasi distributor paling berhasil.
Hidung Bos kembang kempis karena pujian. Ia duduk di deretan paling depan dengan minuman dan kue-kue di meja. Anda, pemilik gagasan cemerlang yang sedang dipuji itu, terbenam dalam kerumunan karyawan lainnya, menggenggam sebotol minuman dan sekantung plastik berisi lemper dan pukis.
Anda marah. Anda kesal. Anda kecewa. T etapi kepada siapa? Kalau Anda tidak ingin marah, kesal, atau kecewa lagi, maka Anda perlu melaku¬kan sesuatu untuk mengamankan gagasan cemerlang Anda dari kemung¬kinan dicuri orang. Bukan atasan saja yang bisa mencuri gagasan, tetapi bisa juga rekan sekerja atau bahkan bawahan Anda.
Gagasan memang bukan komoditi murah. Gagasan yang inovatif me-rupakan sesuatu yang mahal. Tirto Utomo menemukan gagasan mendiri¬kan pabrik air minum mineral dalam botol Aqua karena orang-orang asing yang dulu sering dibawanya banyak yang jatuh sakit perut gara-gara minum air yang kurang bersih. Ia menyimpan gagasan itu sampai ia mempunyai kesempatan untuk melaksanakannya. Ceritanya tentu akan lain kalau Tirto sudah menceritakan gagasannya itu kepada orang lain yang mungkin akan mendahuluinya.
Kalau tiba-tiba Anda mempunyai gagasan yang baile, catatlah segera dalam buku harian agar Anda tidak akan melupakannya. Pikirkan lagi gagasan itu baik-baik sebelum disampaikan kepada orang lain. Cobalah menuangkannya dalam struktur dan sistematika yang baik. Cara yang terbaik adalah melakukan hal itu di atas kertas, sehingga Anda lebih mudah melihat lubang-Iubang yang lupa diperhitungkan.
Ajukan gagasan pada kesempatan yang baik, misalnya rapat mingguan.
Dengan demikian, ada banyak saksi melihat bahwa Andalah pencetus gagasan itu. Bila terpaksa mengajukan gagasan secara empat mata, pasti¬kanlah untuk segera menuangkannya dalam bentuk memo atau dokumen tertulis lainnya. Kalau relevan, kirim tembusan kepada orang ketiga.
Bagaimana bila Anda menghadapi seorang atasan yang suka mencuri gagasan? Beri dia pelajaran. Ajukan gagasan yang secara sepintas tampak menarik, tetapi jangan lengkapi dengan data, hasil riset, atau kunci strategis lainnya. Kalau perlu jebaklah dengan data yang keliru. Atasan yang suka mencuri gagasan bawahannya adalah seorang yang tidak krea¬tif. Karena itu, ia akhimya akan terjebak dengan gagasan Anda, dan pada saat itu Anda dapat tampil sebagai juru selamat karena Andalah pemegang kunci strategis pelaksanaan gagasan itu.

( Sumber : BONDAN WINARNO dalam bukunya ” Seratus Kiat Jurus Bisnis ” )

No comments: