Wednesday, August 27, 2008

Katakanlah tentang Produktivitas

PENDIDlKAN memang makin menjadi kelaparan umum. Bukan karena demam, tetapi karena betul-betul dirasakan kebutuhannya. Seorang tentara, misalnya, harus selalu mengikuti proses pendidikan dan pelatihan hampir pada tiap kenaikan pangkat. Demikian pula halnya di bidang manajemen. Orang perlu mengikuti proses itu pada tiap jenjang yang dinaikinya.
Terlebih lagi karena dalam "ilmu" manajemen ini sedang terjadi daur evolusi yang bergerak dati manajemen scientific (Taylor), lalu ditumbuhkan perhatian manajemen terhadap karyawan (Hawthor¬ne), ditambah lagi dengan pemerhatian terhadap kebutuhan karyawan (Maslow), kemudian menjadi konsep job satisfaction (Herzberg). Kini konsep itu berubah lagi. Semua orang sekarang berbicara tentang produktivitas ..
Maka, katakanlah padaku tentang produktivitas, jetit seorang manajer. Dan setiap orang pun lalu menggambarkan sosok-sosok yang berlainan untuk satu hewan yang sama. Semen tara kita sadar bahwa kebutuhan manajemen telah berubah, tetapi kita belum cepat melakukan perubahan pada kutikukum pendidikan dan pelatihan manajemen. Padahal, seharusnya setiap pelatihan manajemen mencerminkan kebutuhan. Ketika kita semua sedang menuju peningkatan produktivitas, jangan-jangan jenis pelatihan yang kita lakukan hanya mempersiapkan manajer-manajer kita untuk meme¬cahkan persoalan masa lalu.
Produktivitas tentu saja harus dimulai dati tingkat manajer. Artinya, para manajer justru yang harus lebih dahulu mendapatkan pelatihan tentang produktivitas. Di beberapa negara yang telah menerapkan konsep ini, bahkan telah terbentuk komisi produktivitas pada tiap perusahaan.
Kenyataannya, pada saat ini jenis pelatihan untuk para mana justru lebih banyak menjurus kepada hal-hal yang sifatnya lun; seperti: komunikasi, teknik penyajian, interpersonal skills. Jarang sek kita melihat kurikulum pelatihan untuk manajer yang sifatnya leb keras, seperti: peningkatan metode, kendali produktivitas, alok: dan penjadwalan bahan baku, penjadwalan kerja, dan
penyederhanaan kerja.
Ada juga pelatihan yang sebenamya sudah memasukkan hal-hal keras tersebut dalam kurikulanya, tetapi tidak benar-benar mendapat pendalaman, atau bahkan hanya dijelaskan secara sekilas saja. Ini berarti bahwa setelah pelatihan, para manajer tidak memperoleh hal baru yang dapat langsung dapat diterapkannya ke dalam situasi kerja
Tidaklah berarti bahwa para manajer tidak memerlukan ketarampilan lunak, seperti komunikasi dan interpersonal skills. itu. Tetafpi hal-hal itu hanyalah proses pendukung ke arah sumbu utarr upaya-upaya teknis untuk mencapai perbaikan mutu dan penghematan biaya.
Evolusi pendidikan dan pelatihan manajemen tampaknya selalu ketinggalan selangkah dibanding kenyataan yang justru sedan berlaku dan berubah dalam pengelolaan itu sendiri. Segi-segi tekni yang pada beberapa dekade yang lalu justru memperoleh penekana dalam pelatihan, kini telah mulai tergeser dengan segi-segi nontd nis. Dan: ketika hal-hal teknis itu diperlukan dalam situasi kerj, kurikulum belum lagi siap menjawabnya.Jangan-jangan bahkan pad saat ini kita sudah akan mengalami kesulitan untuk menemukal tenaga-tenaga pendidik dan pelatih di bidang ini. Ini tentu tidal akan terlalu mengherankan karena kita memang sudah agak lam. membengkalaikan segi teknis ini.
Satu "kesalahan" lain yang juga sering terjadi dalam pelatihal adalah bahwa lebih banyak hal yang bersifat umum, kuranl memperhatikan kebutuhan-kebutuhan spesifik pada suatu situas kerja tertentu. Banyak juga orang berkecenderungan menjejal kurikulum suatu pelatihan dengan
begitu banyak ihwaI, tetap masing-masing hanya sempat dibicarakan secara dangkal.
Tidak pula sepenuhnya benar bahwa kurikulum yang sarat dar dalam tentang hal-hal teknis peningkatan produktivitas adalah yang dibutuhkan oleh para manajer. Para manajer adalah orang-orang yang terbiasa bekerja dengan sistem. Karenanya, setiap upaya peningkatan produktivitas dan penghematan biaya haruslah dide¬kati secara sistem.
Lalu? Akan banyak yang mungkin memilih jalan pintas. Cari saja konsultan yang dapat memberikan bimbingan tentang pelaksanaan peningkatan produktiVitas. lni memang telah banyak dilakukan. Tetapi, dari begitu banyak pengalaman ten tang konsultan produkti¬vitas, ada satu hal yang perlu dipertimbangkan: hal itu hanya membuat para manajer Anda tidak lagi mengelola. Mereka hanya menumpukan pada sang konsultan.

( Sumber : BONDAN WINARNO dalam bukunya ” Serartus Kiat Jurus Bisnis ” )

No comments: